Senin, 17 November 2008

Pertahankan Kesenian Topeng

KUTAWALUYA - Hiburan Rakyat yang sempat populer dikalangan masyarakat adalah Topeng, perpaduan antara lawakan dan musik tradisional jaipongan. namun kini hiburan rakyat tersebut hanya bisa diterima di daerah-daerah pinggiran yang penikmatnya masih banyak. seperti penuturan Komeng (45) salah satu personil Topeng Grup Udin Gober asal Babakan Banten Pebayuran Kabupaten Bekasi, menurutnya hiburan rakyat seperti Topeng sudah tidak lagi diminati masyarakat, pasalnya didaerah-daerah perkotaan masyarakat cenderung memilih hiburan Dangdut ataupun Organ tunggal dari pada Topeng, berbeda dengan dahulu yang grup Topeng bisa melahirkan bintang yang dikenal banyak warga "diakui sekarang ini keberadaan kami sudah tersisihkan karena sekarang ini masayarakat lebih cenderung memilih hiburan dangdut" ujar Komeng ketika ditemui Pasundan Ekspres, Rabu (15/10) saat pentas di Desa Sindangmukti.
dalam keterpurukannya Grup kesenian Topeng hanya bisa mengais rejeki di daerah-daerah pelosok sampai ke daerah pesisir pantai yang diakui masih banyak warga yang menginginkan jenis hiburan seperti ini "kami hanya bisa mengais rejeki di daerah-daerah pesisir yang masyarakatnya belum terlalu tersentuh moderenisasi, karena di daerah pesisir pementasan kami masih bisa diterima" tambahnya.
walaupun sudah tidak lagi diminati, Komeng sudah berupaya untuk mengikuti perkembangan jaman dengan melakukan pementasan yang identik dengan selera keninginan masyarakat sekarang, dikatakan Komeng bahwa dirinya beserta rekan-rekannya telah melakukan perubahan dalam melakukan pementasan yang sifatnya mengikuti perkembangan jaman, dan hal tersebut adalah upaya agar masih bisa mendapatkan simpatik dari masyarakat banyak "kamipun sebenarnya telah melakukan pementasan dengan mengikuti perkembangan jaman, seperti lagu-lagu yang dinyanyikan adalah dangdut dan lawakanpun dengan bahasa-bahasa yang sedang ngetrend tanpa menghilangkan identitas topeng itu sendiri, namun tetap saja kami diposisikan terpojok oleh masyarakat" tuturnya.
dalam melakukan pementasan, Komeng menjelaskan Grupnya biasa dipanggil dalam acara hajatan, bahkan pernah juga kami ngamen ke setiap daerah-daerah pinggiran dalam mengais rejeki" ungkapnya.
terlepas dari itu semua, Komeng mengakui bahwa dirinya beserta rekan-rekan grupnya berupaya untuk tetap melestarikan budaya warisan nenek moyangnya agar tidak dilupakan oleh masyarakat, dan warisan ini akan terus kami turunkan kepada anak cucu kami agar kelak hiburan topeng masih ada "selain dari profesi, kami sepakat dengan rekan yang memang masih dalam ikatan keluarga untuk mempertahankan kesenian hasil cipta karsa nenek moyang kami terdahulu" pungkasnya. (aef)

Warga Merasa Tidak dilibatkan Dalam Musyawarah Pemotongan

RENGASDENGKLOK - Pembagian BLT tahap ke 2 di Desa Amansari Kecamatan Rengasdengklok yang dilaksanakan di kantor desa, Selasa (14/10) diwarnai dengan protes warga yang merasa tidak dilibatkan dalam musyawarah dalam menentukan pemotongan yang akan dihibahkan kepada penerima non BLT. Nining Sari Ningsih warga Dusun Jatipereh Desa Amansari yang didampingi Mahasiswa dari BEM Rema (Republik Mahasiswa) UPI Bandung yang merupakan perwakilan warga mengklaim Aparat Desa Amansari mengambil keputusan sepihak dengan melakukan pemotongan sebesar 50 persen dari nominal BLT yang dibagikan, menurutnya musyawarah untuk pemotongan tersebut tidak melibatkan masyarakat banyak, hanya warga tertentu saja yang diajak untuk bermusyawarah mengenai pemotongan tersebut, jelas hal tersebut merupakan pengambilan keputusan secara sepihak, terlebih lagi lanjut Nining, adanya ancaman dari aparat desa yang membagikan kartu BLT tersebut dengan menakut-nakuti tidak akan dilayani jika akan melakukan pembuatan administrasi di kantor desa jika Penerima kartu BLT protes atau tidak menerima pemotongan "tidak masalah jika harus ada pemotongan untuk dihibahkan kepada warga yang tidak terdata sebagai penerima BLT, akan tetapi musyawarah tersebut harus benar-benar diketahui oleh warga penerima BLT, tidak hanya melibatkan sebagian kecil warga saja" ujar Nining ketika berdialog dengan kepala desa Amansari.
lebih lanjut dikatakan oleh pendamping warga yang merupakan Mahasiswa dari BEM UPI Bandung, Arifin (23) menegaskan bahwa tindakan aparat desa yang memalsukan tanda tangan warga yang sepakat untuk pemotongan adalah tindakan pidana yang bisa terjerat sanksi hukum, karena beberapa warga Amansari mengaku tidak pernah dilibatkan dalam musyawarah tersebut akan tetapi tercantumkan namanya sebagai peserta musyawarah yang menyetuji pemotongan tersebut "kalau warga ingin melanjutkan permasalahn ini secara proses hukum, saya akan dampingi. sebab beberapa warga tidak mengetahui perihal musyawarah untuk pemotongan BLT ini, dan aparat desa telah mengambil keputusan secara sepihak dengan mengatas namakan masyarakat" tukas Arifin (23) kepada Pasundan Ekspres, Selasa (14/10) ketika ditemui di ruangan kades Amansari.
tuduhan aprat desa mengambil keputusan secara sepihak mengenai pemotongan BLT untuk hibah kepada warga yang tidak terdata sebagai penerima BLT dibantah Kepala Desa Amansari, Hanafi Z. menurut kepala desa bahwa musyawarah tersebut memang sudah dilakukan jauh-jauh hari dengan melibatkan unsur BPD, LPM dan masyarakat, dan mengenai adanya ancaman dari aparat desa kepada penerima BLT, saya yakin hal tersebut adalah bahasa untuk mengkondusifkan keadaan, sebab di masyarakat sendiri dari awal sudah ada gejolak dari warga yang tidak terdata sebagai penerima BLT yang menuntut kepada aparat desa, jadi terjadinya musyawarah pemotongan BLT untuk meredam gejolak warga "kami belajar dari pengalaman, jika tidak ada hibah untuk warga yang tidak terdata sebagai penerima BLT dikhawatirkan akan memunculkan gejolak, maka dari itu kami melakukan musyawarah untuk pemotongan BLT" terang Hanafi.
lebih lanjut Hanafi mengatakan bahwa penerima BLT di Desa Amansari sejumlah 747 dengan warga non BLT sejumlah 3002 warga, adapun untuk penerima susulan di Desa Amansari sejumlah 247 dengan pemotongan 50 persen untuk dihibahkan, pemotongan tersebut dikoordinir oleh tim khusus yang dibentuk dari perangkat Desa. (aef)

Eming Tewas Kesetrum

KUTAWALUYA - Senin (14/10) sekitar pukul 16.30 wib salah satu warga RT 14/14 Dusun Krajan 2B Desa Sampalan tewas tersengat listrik yang diduga berasal dari kabel tabung pompa listrik yang terkelupas di kamar mandi, diketahui kejadian naas tersebut menimpa Eming (40) ayah tiga anak yang isterinya baru pergi menjadi TKW (tenaga kerja wanita) ke Arab Saudi tiga bulan yang lalu.
berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Pasundan Ekspres, Selasa (14/10) dari kepala desa sampalan, Jamaludin kejadian tersebut berawal saat Eming (40) akan mandi dan diduga sebelumnya memancing pompa air listriknya dengan air, namun ketika Eming mengontakkan pompa listrik tersebut kabel yang terkelupas terkena air dan menyengat Eming hingga tewas dan tergeletak di kamar mandi.
lebih lanjut dikatakan Jamaludin, Saat korban teriak, tidak ada satu tetangga pun yang mendengarnya, bahkan rumah kediaman korban tampak sepi seperti biasanya. Korban yang tergeletak tak bernyawa pertama dilihat anaknya sendiri. Korban yang diketahui kesehariannya sebagai tukang ojek ini langsung dikerubungi tetangga setelah anaknya teriak minta tolong sambil menangis" ujar Jamaludin.
Korban langsung diambil pihak keluarganya ke Jarakosta, Lemah Abang Kabupaten Bekasi untuk dikebumikan, di kampung halamannya. Diketahui, sebelum tersengat listrik, Eming menghadiri pernikahan di kampungnya, sepulangnya dia langsung mandi, tapi naas saat dia menyalakan mesin pompa air, tanpa disadari kabel listrik menyentuh air dan menyengat tubuhnya.
Dijelaskan warga setempat, pompa air eming sulit nyala, kecuali tabung airnya dipancing pakai air. Dan Eming melakukan hal itu setiap dia akan mandi. Kemungkinan Eming yang keseharian hanya mendapatkan hasil usaha pas-pasan ini tidak sanggup memperbaiki pompa air itu. "Saat dimasukan air ke tabung, kemungkinan airnya luber dan menyentuh kabel, airnya keinjak kaki dan langsung menyengatnya," Ulas Taslim (60) Kepala Dusun Krajan 2B. (aef)

Petani Desak Dipercepatnya Pembentukan Kelembagaan Pertanian

JAYAKERTA - Terhambatnya pembentukan kelembagaan Pertanian di Kabupaten Karawang dirasakan tidak mempunyai alasan yang berdasar, pasalnya payung hukum terbentuknya kelembagaan pertanian tersebut sudah jelas yakni di Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) yang telah diterbitkan jadi Pemerintah Kabupaten Karawang tidak ada alasan untuk mengundur-undur pembentukan kelembagaan pertanian tersebut, hal ini diungkapkan oleh Ketua Forum Interaksi Petani Karawang, Zakaria Syafrudin, US kepada Pasundan Ekspres, Kamis (13/11) ketika ditemui di kediamannya.
menurutnya, saat ini belum terealisasinya kelembagaan tersebut dikarnakan karena Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang beralasan menunggu PP (Peraturan Presiden) terlebih dahulu yang mekanismenya melaui Mendagri (Menteri Dalam Negeri) yang pastinya prosesnya akan memakan waktu, sedangkan Petani di Karawang sudah tidak bisa menunggu lama lagi untuk terbentuknya kelembagaan tersebut. pasalnya Kabupaten lainyapun seperti Kabupaten Bekasi, Indramayu, Cianjur bisa merealisasikan kelembagaan tersebut tanpa harus menunggu Peraturan Presiden, kenapa Kabupaten Karawang tidak bisa merealisasikan kelembagaan tersebut "saya bicara bukan atas nama instansi ataupun lembaga, akan tetapi bicara mewakili para petani yang ada di daerah untuk segera direalisasikannya pembentukan kelembagaan pertanian tersebut" tukasnya.
dikatakan Zakaria Syafrudin, US, dalam waktu dekat direncanakan akan ada bantuan dari Bank Dunia melalui prgram Feati (farmer empowerment throught agricultural technology and information) untuk disetiap Kabupaten yang misinya untuk memberikan informasi kepada para Petani dan mengembangkan kelompok-kelompok petani, yang disetiap Kabupaten diberikan kuota 40 Desa di 18 Kecamatan yang persyaratan dari Bank Dunia harus ada jaminan (garansi, red) kelembagaan pertanian bagi Kabupaten atau Profinsi yang menerima Feati. padahal Deptan (departemen pertanian) mengeluarkan kebijakan jika daerah atau profinsi tersebut tidak mempunyai kelembagaan pertanian akan diberikan kepada daerah lain yang mempunyai kelembagaan pertanian "kalau Pemerintah Kabupaten tidak segera merealisasikan kelembagaan pertanian berarti melewatkan bantuan Bank Dunia yang hampir senilau 4 miliar untuk para Petani" terangnya.
lebih lanjut dikatakan Zakaria Syafrudin, US, jika Pemerintah Kabupaten Karawang tidak merespon pembentukan kelembagaan pertanian yang dinanti-nati para petani, maka mau tidak mau para Petani yang ada didaerah akan mendatangi Pemkab untuk minta penjelasan soal diulur-ulurnya pembentukan kelembagaan pertanian di Kabupaten Karawang, padahal di Kabupaten lainnya kelembagaan tersebut telah terbentuk "kalau Pemkab mengulur-ulur pembentukan kelembagaan tersebut sama halnya Pemkab tidak mau sektor Pertanian maju di Karawang, dan terpaksa kamipun akan turun ke jalan untuk mempertanyakannya" pungkasnya. (aef)

Maraknya Tukang Servis gas yang menakut-nakuti warga

JAYAKERTA - Banyaknya keluhan mengenai paket gas yang telah disubsisidikan ke para warga ternyata dimanfaatkan segelintir orang dalam melayani jasa servis kompor gas yang mengatasnamakan konsultan yang telah mendapatkan rekomendasi dari pihak pertamina sebagai distributor paket gas. namun dengan adanya konsultan servis tersebut Warga Desa Jayakerta merasa khawatir, pasalnya legalitas dari konsultan servis tersebut tidak jelas. seperti yang terjadi di Desa Jayakerta, Sabtu (11/10) salah satu warga Desa Jayakerta, Hambali (30) mengatakan maraknya tukang servis yang mengatasnamakan konsultan pertamina dengan seragam lengkap melakukan aksinya, yang dilakukannya adalah dengan mensosialisasikan kepada warga bahwa paket gas subsidi yang dibagikan tidak layak untuk dpergunakan, bahkan menurutnya rentan sekali terjadi kerusakan yang berdampak membahayakan terhadap keselamatan. kontan saja hal tersebut membuat warga ketar-ketir karena ketakutan menggunakan paket gas tersebut, parahnya tukang servis yang mengaku telah bermitra dengan pihak Pertamina tersebut memanfaatkan situasi dengan menjual produk dengan memunguti uang warga terlebih dahulu "banyak warga yang terpedaya oleh ulah tukang servis kompor gas tersebut dengan memberikan uang terlebih dahulu untuk pembelian selang dan regulator" ujar Hambali ketika ditemui Pasundan Ekspres, Sabtu (11/10) di dekat kantor desa Jayakerta.lebih lanjut dikatakan Hambali, sekarang ini dengan terjadinya hal tersebut warga merasa khawatir tertipu dengan tukang servis tersebut, pasalnya uang sudah masuk namun barang yang dijanjikan belum juga ada "banyak warga yang merasa khawatir karena sampai sekarang belum ada realisasi barang yang dijanjikan oleh tukang servis tersebut" tutur Hambali.harusnya, Hambali menambahkan Pemerintah harusnya bisa menangani maraknya ulah tukang servis yang mengatasnamakan bekerjasama dengan pihak Pertamina, pasalnya akibat dari ulahnya banyak warga yang takut menggunakan paket gas bersubsidi dan lebih parahnya lagi pasar gelap jual-beli tabung gas bersubsidi ramai ditengah-tengah masyarakat "akibat ulah dari orang yang bertanggungjawab tersebut banyak warga yang takut menggunakan kompor gas, parahnya lagi pasar gelap jual-beli tabung gas bersubsidi sudah ramai dimasyarakat" tandasnya.

Para Guru Ngaji tuntut Insentif tepat Sasaran

JAYAKERTA - Dengan dibagikannya insentif tahunan untuk para guru ngaji, guru MDA dan MI menjelang Laebaran kemarin, ternyata berbuntut kekecewaan banyak guru ngaji yang merasa di anak tirikan karena tidak mendapatkan insentif tersebut, yang menjadi permasalahan di kalangan guru ngaji yang tidak mendapatkan insentif tersebut adalah mengenai pendataan yang dilakukan oleh aparat desa, pasalnya berdasarkan keterangan dari guru ngaji asal Desa Kertajaya Kecamatan Jayakerta, Ust Burham mengatakan bahwa pendataan penerima insentif tahunan tersebut seolah-olah disangkut pautkan dengan permasalahan politis, pasalnya untuk di Desa Kertajaya dari sekitar 60 guru ngaji yang mendapatkan insentif tersebut sebanyak 10 orang, dari 10 orang tersebut 4 diantaranya bukan guru ngaji, hanya saja ke 4 orang tersebut mempunyai kedekatan politis dengan kepala desa. tentunya hal tersebut cacat dipendataan karena tidak ada sosialisasi mengenai hal tersebut "dengan seenaknya aparat desa yang melakukan pendataan tersebut menentukan siapa saja orang yang mendapatkan insentif tersebut, buktinya insentif tersebut tidak tepat sasaran" Ujar Ust Burham ketika ditemui Pasundan Ekspres, Sabtu (11/10) dikediamannya.
sama halnya yang terjadi di Desa Jayakerta, kepada Pasundan Ekspres, Ust Mardoi mengatakan bahwa awalnya didesa Jayakertapun undangan mengenai insentif tersebut datangnya kepada para ibu-ibu Majlis Talim, padahal berdasarkan aturan insentif tersebut harusnya dialokasikan untuk para guru ngaji, guru MDA dan guru MI, hanya saja pada waktu itu semua guru ngaji protes dengan apa yang dilakukan oleh aparat desa mengenai penyerahan undangan pembagian insentif tersebut yang akhirnya terjadi kesepakatan insentif tersebut dibagi rata kan dengan komposisi guru ngaji sebanyak 23 orang dan ibu-ibu majlis talim sebanyak 17 orang, masing-masing mendapatkan 200 ribu "kalau pada waktu itu para guru ngaji tidak protes, kemungkinan insentif tersebut dibagikan kepada para ibu-ibu majlis talim, tentunya hal tersebut tidak tepat sasaran" ungkap Ust Mardoi.
lebih lanjut dikatakan oleh Ust Mardoi, untuk kedepan kami para guru ngaji berharap agar insentif tahunan tersebut dibagikan tepat sasaran dengan dilakukan pendataan secara objektif oleh aparat desa "kami harapkan tahun depan untuk pembagian insentif ini garuslah tepat sasaran" ujar guru ngaji yang mempunyai hampir 100 murid ini. (aef)

Mila korban Kebakaran Meninggal Di Rumah Sakit

JAYAKERTA – Rabu, (10/9) rumah penjual bensin eceran di Desa Jayakerta terbakar dan menewaskan Mila, istri Deden pemilik rumah yang terbakar dan sedang mengandung empat bulan yang sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum, namun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Kejadian kebakaran rumah tersebut sampai saat ini belum pasti penyebabnya, bahkan sampai saat ini, Kamis (11/9) aparat kepolisian dan aparat desa hanya mendapatkan laporan kebakaran saja. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Pasundan Ekspres, Kamis (11/9) yang mendatangi tempat kejadian, peristiwa kebakaran itu terjadi pada pagi hari sekitar pukul 07.00 wib. Pada saat kebakaran korban (red, Mila) sedang berada di dalam rumah yang merupakan tempat penyimpanan bensin ecerannya, dan mengakibatkan Mila menjadi lahapan si jago merah yang membumi hanguskan rumahnya, pada saat kejadian Deden suami korban sedang berada di luar rumah. Hanya saja sampai saat ini belum diketahui secara pasti mengenai penyebab kebakaran tersebut.Kepada Pasundan Ekspres Kepala Desa Jayakerta, Baang mengatakan tidak mengetahui secara pasti tentang terjadinya kebakaran yang menimpa warganya, hanya saja Baang mendapatkan laporan kebakaran tersebut tidak secara detail “saya hanya mendapatkan laporan bahwa rumah penjual bensin terbakar pada hari Rabu sekitar pukul 07.00 wib, hanya saja saya tidak diberitahukan tentang penyebab kebakaran tersebut” ujarnya ketika ditemui di kediamannya.Lebih lanjut, Baang mengatakan kebakaran tersebut menewaskan Mila istri dari pemilik rumah yang sempat di bawa ke rumah sakit umum, yang akhirnya meninggal disana “akibat dari kebakaran tersebut, Mila pemilik rumah yang merupakan isteri Deden tewas setelah dibawa ke rumah sakit” lanjut Baang.Sangat di sayangkan dari kejadian tersebut tidak diketahui penyebabnya yang menyebabkan banyak fersi kebakaran tersebut di tengah masyarakat. (aef)

Dombret Sudah Punah

CILEBAR - Perkampungan nelayan memang sering diidentikan dengan hal-kal yang berbau portitusi, hal tersebut dikarnakan hampir disetiap perkampungan nelayan terdapat lokalisas, seperti halnya perkampungan Betok Mati yang terletak di pesisir utara Karawang, Kecamatan Cilebar. konon dahulu didaerah tersebut sempat tenar kesenian lokal "Dombret" yang secara rutin menghibur para nelayan Betokmati di lokasi pelelangan ikan, akan tetapi sekarang ini "Dombret" sudah tidak ada lagi.
kepada Pasundan Ekspres, Senin (10/11) Harun (42) salah satu warga Betokmati menceritakan punahnya kesenian lokal "Dombret" yang dulu sempat tenar ditengah-tengah masyarakat Betokmati. menurutnya kesenian Dombret hilang karena terkikis oleh desakan moderennya jaman, pasalnya sekarang ini masayarakat Betokmati lebih menyukai Dangdut ketimbang tradisi kesenian pendahulunya. terlebih lagi, Dombret identik dengan hal-kal portitusi, sebab dalam pagelaran Dombret sangat kental sekali dengan hal hal yang menjurus perselingkuhan yang berdampak pada keretakan rumah tangga, betapun tidak, kesenian Dombret yang sempat populer di Betokmati adalah memberikan kesempatan kepada para penonton khususnya para hidung belang untuk mencumbu para pemain Dombret ditempat umum" terangnya ketika ditemui di kediamannya.
lebih lanjut dikatakan Harun (42), yang menjadi kontroversi adalah ketika masyarakat Betokmati sudah berkembang pengetahuannya tentang Agama dan banyak warganya yang mendapatkan pendidikan formal, sedikit demi sedikit dombret tersisihkan hingga sekarang tidak pernah ditemui lagi" tuturnya.
dahulu, lanjut Harun (42) hampir setiap hari Kesenian Dombret digelar di pelelangan dengan para penikmatnya adalah para nelayan yang baru menjual tangkapan ikannya, dan tentunya hal tersebut kerap kali menjadi pemicu hancurnya rumah tangga "ketika masih ada Dombret, pertengkaran dalam rumah tangga sering kali terjadi, karena rata-rata sang isteri tidak rela jika suaminya bermain-main dengan Dombret dan tentunya akan mengurangi penghasilan suaminya.
"sekarang, Dombret hanya tingga cerita, sebab beberapa tahun kebelakang sudah tidak pernah ada lagi pagelaran Dombret" pungkasnya. (aef)

Muara Dangkal Hambat Nelayan

PAKISJAYA - Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya kini mandeg. Akibatnya, pendapatan retribusi ikan merosot tajam, terlebih muara di lokasi TPI ini dangkal dan menyulitkan keluar-masuk perahu-perahu nelayan setempat.Beberapa tahun lalu, TPI Mina Usaha di Desa Tanjungpakis ini berjalan baik. Bahkan sering disinggahi nelayan-nelayan dari luar daerah dan menjual ikannya di TPI ini. Sehingga perkembangan retribusinya menguntungkan. Namun, setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2006 lalu, keadaan berubah menjadi selalu pailit. Apalagi, kondisi muara di lokasi TPI ini dangkal dan hingga kini butuh pengerukan. Dari 107 juragan perahu di desa ini, kini cuma 77 orang juragan atau pemilik perahu lagi dengan bidak atau anak buah perahu sebanyak 250 orang warga setempat. Sebagain dari juragan ini hengkang dari Tanjungpakis dan memilih singgah di TPI lain, karena TPI di Tanjungpakis dianggap tidak berfungsi.Seorang pemilik perahu, Ardi (62) mengaku, sejak dia menjadi nelayan tahun 1970, banyak nelayan masih menggunakan layar. Namun, setelah tahun 1982, hampir semua nelayan beralih menggunakan mesin diesel. "Sekarang, penghasilan setiap berlayar rata-rata mendapat 40 kg udang Cirebung dengan harga Rp 60/kg atau rajungan, tapi kalau sedang sepi kami pulang dengan tangan kosong," katanya.Dia berharap, agar TPI di Desa Tanjungpakis ini difungsikan lagi untuk keperluan nelayan setempat dan pemerintah agar membantu kekurangannya. Dia juga berharap, nelayan dari luar Karawang seperti dari Indramayu, Gebang Cirebon dan dari Jawa Tengah pun bisa kembali singgah di TPI ini seperti puluhan tahun lalu. (aef)

548 Ton Jatah Pupuk Rengasdengklok

RENGASDENGKLOK - Kamis, (9/10) rapat koordinasi pertanian musim tanam tahun 2008-2009 di gelar di aula Kecamatan Rengasdengklok dengan dihadiri oleh para kepala desa, pemilik kios dan distributor penyaluran pupuk di Rengasdengklok dengan dipimpin langsung oleh Camat Rengasdengklok, Drs R Supandi.
dalam rapat koordinasi tersebut Camat Rengasdengklok mengemukakan tiga hal pokok mengenai pertanian di Kecamatan Rengasdengklok, yang pertama menurut Camat dalam menghadapi musim tanam adalah persiapan pembersihan saluran air menjelang datangnya air dengan menggalakan swadaya masyarakat dengan dipimpin langsung oleh kepala desa masing-masing, dan secepatnya para kepala desa membuatkan agenda untuk kerja bakti tersebut, sebab saluran air merupakan saluran yang sangat vital dan sangat menentukan kesuksesan pertanian pada musim tanam mendatang.
yang ke dua, lanjut Camat adalah mengenai pendistribusian pupuk bersubsidi yang selama ini menjadi permasalahan, pasalnya kebutuhan pupuk untuk di Kecamatan Rengasdengklok dari awalnya sudah dilakukan pendataan untuk memenuhi kebutuhan pupuk selama musim tanam, akan tetapi yang terjadi adalah selalu ada saja permasalahan kekurangan pupuk yang diindikasikan bermasalah pada pendistribusian. maka dari itu dalam menghadapi musim tanam tahun 2008-2009 ini para kepala desa agar bisa memonitoring pendistribusian pupuk di masing-masing wilayahnya dengan memantau setiap kios yang menyalurkan pupuk bersubsidi untuk para kelompok tani yang ada di masing-masing desa.
terakhir, adalah mengenai setelah musim tanam, bahwa para petani yang biasanya memakai pola padi-padi-palawija agar bisa menggunakan lahannya untuk ditanami jagung hybrida dengan mengajukan pengadaan bibit jagung hybrida melalui Dinas Pertanian yang pada saat ini banyak tersedia. akan tetapi para petani tidak harus terpaku menanam jagung dalam masa berkebun tersebut, kalau memang sudah terbiasa menanam palawija yang lain pun bisa dilakukan.
dalam kesempatan tersebutpun perwakilan dari UPTD Pertanian Rengasdengklok, Asep Saepudin menyampaikan bahwa untuk tonase dari pupuk bersubsidi yang akan digulirkan kepada para petani Rengasdengklok adalah 548 ton pada masa tanam tahun 2008-2009 dengan luas lahan pertanian yang terdata dan sudah diajukan adalah 2026 hektar, adapun untuk harga eceran pupuk bersubsidi adalah Rp 1,200.
lebih lanjut Asep Saepudin menerangkan mengenai cara pemasaran pupuk bersubsidi sekarang ini berbeda seperti tahun lalu, pasalnya pola pemasaran sekarang ini menggunakan pasar tertutup dalam artian pupuk bersubsidi ini tidak bisa dijual bebas dipasaran karena untuk memperketat pendistribusiannya, adapun pola pasar tertutup tersebut adalah dengan mendistribusikan pupuk bersubsidi melalui kios-kios yang telah ditentukan dan pembeliannyapun berdasarkan kelompok-kelompk tani yang sudah ditentukan sebelumnya "dengan distribusi pasar tertutup ini diharapkan dalam musim tanam mendatang kebutuhan pupuk di Kecamatan Rengasdengklok bisa terpenuhi, karena pendistribusian pola tertutup ini membuat para oknum yang mau mencari keuntungan bisa dicegah" ujarnya. (aef)

Kades Aniaya Isterinya

KUTAWALUYA - Baru beberapa hari dilantik, Roza, Kepala Desa terpilih Kutakarya sudah membikin ulah dengan menganiyaya istrinya, Kusmini pada tanggal 29 September 2008 dengan meninggalkan bekas lebam di bagian mata sebelah kiri. akibat kekerasan yang di lakukan oleh Roza, Kusmini (red, korban) sempat melaporkannya ke Mapolsek Rengasdengklok seusai kejadian kekerasan tersebut, namun tidak lama selang beberapa hari Kusmini mencabut kembali laporan tersebut. ketika Pasundan Ekspres menunjungi rumah Kusmini untuk menelusuri tindak kekerasan yang dilakukan oleh suaminya tersebut, Kusmini tidak mau berkomentar hanya mengatakan bahwa permasalahannya telah diselesaikan secara kekeluargaan "saya sudah mencabut laporan kepada pihak polisi dan permasalahannya telah diselesaikan secara kekeluargaan, dan ini sudah merupakan hal yang biasa di keluarga kami" ujarnya dengan masih memperlihatkan lebam di mata kirinya ketika ditemui di rumahnya.
hal senada juga dijelaskan oleh Kapolsek Rengasdengklok AKP Muji Harja yang mengatakan bahwa tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut memang sempat dilaporkan ke pihak kepolisian pada tanggal 29 September 2008, namun pada tanggal 2 Oktober 2008 si pelapor yang merupakan korban kekerasan mencabut pelaporan yang akhirnya kasus tersebut di SP3 (surat pemberhentian penyelidikan perkara) "kami hanya menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang berlaku, jika pelaporan tersebut di cabut maka kami menghentikannya" terang AKP Muji Harja ketika ditemui di ruangan loby Mapolsek Rengasdengklok, Senin (6/10).
mengenai pelaku tindak kekerasan tersebut adalah Kepala Desa, Kapolsek mengatakan bahwa tidak ada bedanya antara kepala desa dan Sipil, ketika ada pelaporan tindakan pidana kami akan tangani tanpa membeda-bedakan" tegas Kapolsek.
diakui Kapolsek tindak kekerasan dalam keluarga yang dilaporkan tersebut memang benar terjadi, hanya saja kasus tersebut tidak bisa ditindak lanjuti karena sudah dicabut pelaporannya "itu memang murni kekerasan, akan tetapi ketika pelapor yang merupakan korban mencabut pelaporannya kami tidak bisa berbuat apa-apa" ulas Kapolsek. (aef)

Kerja Bakti Antisipasi Banjir

RENGASDENGKLOK - Dengan mulai datangnya musim hujan, Masyarakat yang bermukim di pinggiran bantara irigasi sudah mulai gelisah dengan ancaman banjir yang biasanya datang disetiap musim penghujan. di Desa Kertasari tepatnya di Dusun Krajan A warganya sudah mulai memperbaiki saluran air (selokan, red) sebagai antisipasi meluapnya air dari saluran tersebut, pasalnya sekarang ini saluran tersebut mengalami pendangkalan. kepada Pasundan Ekspres, Selasa (4/11) kepala Desa Kertasari, Apud Mahpudin menjelaskan perihal kegiatan kerja bakti warganya dalam memperbaiki saluran air di dalam pemukiman warga "sekarang ini sedang digalakan kerja bakti dalam memperbaiki saluran-saluran air, yang gunannya untuk memperlancar ke area pertanian dan antisipasi datangnya musim hujan, sebab di Desa Kertasari ini tepatnya di Dusun Krajan A kerap kali terrendam air" terang Apud Mahpudin.
dikatakan Kades Kertasari, bahwa sejauh ini penanganan pencegahan meluapnya air menjelang datangnya musim hujan hanya dilakukan dengan kegiatan-kegiatan pembenahan saluran irigasi "dikarnakan saluran tersebut mengalami pendangkalan, hujan sedikit saja menyebabkan kubangan air yang tidak teralirkan. dan hanya perbaikan-perbaikan alakadarnya yang dilakukan warga melalui kerja bakti" ungkap Kades.
sama halnya dengan Desa Kertasari, Desa Dewisaripun mengalami hal yang serupa. seperti yang terjadi di Dusun Bengle, area pertanian tersebut ketika musim hujan terancam terrendam air. dikatakan Kades Dewisari, M Aning Anwar Arifin kepada Pasundan Ekspres, indikasi naiknya permukaan air di Dusun Bengle adalah karena saluran-saluran air dibendung oleh warga, pasalnya sebelum musim hujan warga yang merupakan para petani di Dusun Bengle ini membendung saluran air dengan maksud untuk mengalirkannya ka sawahnya, akan tetapi dengan datangnya hujan yang menaikan debit air membuat bendungan-bendungan yang tidak dibongkar warga menjadi penyebab datangnya banjir, maka dari itu sekarang ini dengan kembali datangnya musim hujan kami melakukan kerja bakti untuk mengantisipasi kembali terendamnya area pesawahan "penyebab banjir di Dusun Bengle ini karena saluran air dibendung bekas para petani mengalirkan air ke sawah, sekarang ini kami sudah melakukan kerja bakti dalam memperlancar saluran air tersebut. dan mudah-mudahan musim hujan kali ini tidak mengundang banjir lagi" pungkasnya. (aef)

Kantor Desa Makmurjaya hancur oleh orang tidak dikenal

JAYAKERTA – Terjadinya pengrusakan kantor Desa Jayamakmur oleh sekelompok orang yang tidak dikenal pasca pemilihan kepala desa, ternyata merembet juga ke desa sebelelahnya Desa Makmurjaya yang pada saat masyarakat sedang melakukan shalat tarawih, kantor Desa Makmurjaya juga ada yang merusaknya, Selasa (2/9). Kerusakan yang terjadi di kantor desa Makmurjaya adalah akibat dari lemparan batu yang menghancurkan semua bagian kaca dan jendela kantor desa, bahkan selain pelaku melakukan pengrusakan juga menjarah satu unit mesin tik aset desa tersebut. Kepada Pasundan Ekspres, Rabu (3/9) Sekretaris Desa Makmurjaya, Agus Sahlan menjelaskan bahwa insiden pengrusakan kantor desa tersebut terjadi pada saat semua aparat desa dan masyarakat sedang melakukan sahalat tarawaih, menurut Agus, dirinya mendapatkan informasi kantor desa ada yang melempari dari warga yang melihat langsung pengrusakan kantor desa tersebut “ketika saya sedang shalat tarawih ada warga yang memberitahukan bahwa kantor desa ada yang melempari, dan memang pada saat itu semua aparat desa tidak ada di kantor desa karena sedang shalat tarawih” jelasnya ketika ditemui diruangannya.Mengenai kerusakan yang terjadi, Sekretaris Desa Makmurjaya menyebutkan kerusakan kantor desa akibat ulah oknum yang tidak bertanggungjawab itu “kerusakan akibat dari kejadian tersebut adalah hancurnya kaca dan jendela semua ruangan di kantor desa ini, dan lebih parahnya lagi satu unit mesin tik juga dijarahnya. Dan berdasarkan saksi yang melihat kejadian pengrusakan ini pelakunya tidak banyak sekitar satu sampai tiga orang” ujar Agus Sahlan.Mengenai kejadian pengrusakan kantor desa tersebut memang sampai saat ini belum diketahui motifnya, bahkan kalau disangkutpautkan dengan pemilihan kepala desa Agus Sahlan berguman bahwa pelaksanaan Pilkades di Makmurjaya ini cenderung tidak ada bintik-bintik konflik bahkan terbilang desa yang paling kondusif dalam melakukan pemilihan “saya juga masih heran, jika ini buntut dari kekecewaan para oknum pendukung calon kades yang kalah seperti di Jayamakmur tapi kenapa pada saat pelaksanaan pilkades terkesan sangat kondusif sekali, hal tersebut berdasarkan pengakuan dari aparat kemanan yang mengawal pelaksanaan Pilkades Makmurjaya yang mengakui pelaksanaan Pilkades Makmurjaya sangat aman” tutur Sekdes.Lebih lanjut Sekdes Agus Sahlan mengharapkan agar kejadian pengrusakan kantor desa ini bisa terungkap dan pelakunya bisa diamankan “saya berharap agar kejadian pengrusakan ini bisa secepatnya diungkap, dan pelakunya bisa diketahui agar bisa mempertanggungjawabkan atas perbuatannya” pungkasnya. (aef)

Setelah Sahur Oknum Warga Jayakerta Hancurkan Kantor Desa

AYAKERTA – Aksi pengrusakan pasca pemilihan kepala Jayamakmur kini terjadi lagi, kali ini yang jadi sasaran luapan kemarahan oknum masyarakat adalah kantor Desa Jayamakmur yang Senin (1/9) dini hari sekitar pukul 14.00 wib puluhan warga yang tidak dikenal memporak-porandakan kantor Desa dengan menghancurkan semua bagian kaca kantor Desa dan papan nama kantor Desa dengan cara dilempari. Berdasarkan informasi Sekretaris Desa Jayamakmur yang juga sebagai ketua panitia sebelas, Dadang Marhaenda mengatakan bahwa dirinya mendapatkan informasi bahwa kantor Desa dirusak oleh masa tidak dikenal selepas sahur “saya mendapatkan kabar bahwa kantor desa dirusak massa dengan cara dilempari sekepas sahur tadi pagi” ujarnya ketika ditemui Pasundan Ekspres di lokasi pengrusakan.Mengenai pengrusakan kantor desa ini merupakan buntut dari pemilihan kepala desa kemarin, Sabtu (30/8). Lebih lanjut Dadang mengatakan kejadian pengrusakan kantor desa ini merupakan rentetan dari pengrusakan yang dilakukan oknum masyarakat yang sudah dilakukan sebelumnya “ini merupakan buntut dari pemilihan kades kemarin, meskipun sampai saat ini kami belum mengetahui siapa yang melakukan aksi pengrusakan ini namun bisa dipastikan ini merupakan ulah oknum masyarakat yang kecewa terhadap hasil pemilihan kepala desa kemarin” tukas Dadang.Menanggapi tindakan anarkis yang dilakukan kelompok masa tidak dikenal ini Dadang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan tindakan kejahatan karena telah merusak fasilitas negara dan para pelaku pengrusakan tersebut tentunya akan berurusan dengan pihak yang berwajib” tambahnya.Hal senada juga diungkapkapkan oleh salah satu warga yang tidak mau menyebutkan identitasnya yang melihat langsung kerusakan yang terjadi di kantor desa, menurutnya bahwa kejadian tersebut sudah jelas siapa pelakunya, sebab sebelum terjadinya pengrusakan kantor desa juga sudah ada pengrusakan rumah warga disekitar tempat pemilihan suara yang pastinya pelakunya juga kemungkinan orang yang sama “ini sudah jelas merupakan luapan kekecewaan dari oknum pendukung yang tidak mau menerima hasil dari pemilihan yang digelar kemarin, dan saya rasa pelaku pengrusakan ini sama kelompoknya dengan pengrusakan rumah warga” ungkapnya sambil memperlihatkan raut muka penuh kekecewaan.Dengan melihat secara langsung lokasi pengrusakan di kantor desa, Kapolsek Rengasdengklok, AKP Muji Raharja mengatakan bahwa hal tersebut sudah merupakan tindakan pidana dan pihak kepolisian akan memburu kelompok pengrusakan tersebut berdasarkan para saksi yang melihat kejadian dan bukti-bukti yang ditemukan di lokasi pengrusakan “sejauh ini kami sedang memproses kasus pengrusakan kantor desa ini, dan dalam waktu dekat kami akan membekuk kelompok pelaku pengrusakan ini, sebab dengan dalih apapun ini merupakan tindakan pidana dengan merusak fasilitas negara” ujarnya kepada Pasundan Ekspres, Senin (1/9) ketika ditemui dilokasi kejadian. (aef)

Siswa MAN Masih Tetap Ngotot Agar Mastawa Diturunkan

BATUJAYA - Pasca aksi Demonstrasi Siswa-siswi MAN (Madrasah Aliyah Negeri) yang menuntut untuk diberhentikannya Kepala Sekolah (Drs Mastawa, red) karena diduga melakukan tindakan tidak bermoral terhadap salah satu staff Bendahara Jumat (31/10) aktifitas belajar mengajar di sekolahan tersebut kembali normal, hanya saja para siswa tersebut masih tetap menginginkan Drs Mastawa tidak lagi mengepalai di Sekolahan tersebut. kepada Pasundan Ekspres, Jumat (31/10) salah satu nara sumber yang tidak mau disebutkan identitasnya mengatakan bahwa kembali normalnya aktifitas belajar mengajar di MAN Batujaya ini karena memang tidak ada Kepala Sekolah (Drs Mastawa, red), hanya saja yang menjadi kekhawatiran kami adalah aksi Demonstrasi seperti kemarin terulang lagi apabila para Siswa tersebut melihat kepala sekolah masuk ke sekolahannya lagi "walaupun ancamannya pada Demo kemarin Siswa-siswi pada mogok belajar, alhamdulilah sekarang sudah mulai aktif lagi kegiatan belajar-mengajar di MAN ini, hanya saja kami masih khawatir sebab bintik-bintik kemarahan siswa masih terlihat" ungkapnya ketika dikompirmasi.
lebih lanjut dikataknnya bahwa, sekarangpun ada pengawas dari Departemen Agama yang mengunjungi sekolahan, mengetahui kedatangan Pengawas dari Depagpun para Siswa masih tetap mengajukan tuntutannya untuk meminta agar Kepala Sekolah diturunkan dari Jabatannya "tadi saja ada Pengawas datang ke Sekolahan ini para siswa mengusulkan tuntutannya seperti kemarin, dan tentunya hal tersebut menjadi kekhawatiran mencetusnya kejadian kemarin" tambahnya.
berdasarkan informasi yang didapat Pasundan Ekspres di Sekolahan tersebut, diketahui bahwa Drs Mastawa dari pagi tidak mendatangi Sekolahan yang mengakibatkan berjalan lancarnya kegiatan belajar mengajar disekolahan tersebut.
ngototnya Siswa-siswi MAN Batujaya memberhentikan Mastawa yang menjabat sebagai kepala sekolah karena dianggap telah memberikan citra buruk pada MAN Batujaya, hal tersebut dikemukakan oleh salah satu Siswi sekolahan tersebut. Milda salah satu Siswi kelas XII, mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau dikepala sekolahi oleh orang yang telah mencemarkan nama MAN Batujaya, dan kami telah sepakat beserta teman-teman yang lain untuk menuntut agar Mastawa diturunkan dari Jabatan Kepala Sekolah "padahal dirinya sering mengajarkan kami tentang berprilaku terpuji, akan tetapi dirinya sendiri bermoral bejat, kami sudah bosan mendengar omongan masyarakat mengenai kepala sekolah MAN yang menyetubuhi isteri orang, dan hal tersebut sudah menjadi rahasian publik. kami tetap menuntut agar Mastawa diturunkan" tandasnya ketika ditemui Pasundan Ekspres. (aef)

Warga Beremuk Dengan Camat Perihal Pembangunan Desanya

BATUJAYA - Senin (17/11), puluhan warga Desa Segar Jaya Kecamatan Batujaya melakukan dialog terbuka dengan Camat Batu Jaya, Drs Dedi Ahdiyat di ruangan Aula Kecamatan Batujaya. dialog tersebut terlaksana atas keinginan para warga Desa Segar Jaya yang mempertanyakan program pembangunan di Desanya, pasalnya warga Desa Segar Jaya yang dominan mata pencaharian warganya adalah Petani dan Nelayan merasa pembangunan didesanya tersebut terkesan lambat.
diakui Camat Batujaya, Drs Dedi Ahdiyat, bahwa pemerintahan Kecamatan dan Pemerintahan Kabupaten Karawang masih mempunyai "PR" untuk melaksanakan pembangunan beberapa bidang di Desa Segar Jaya. seperti halnya insfratuktur jalan di Desa Segar Jaya sepanjang 4 km mengalami kondisi yang memprihatinkan, terlebih lagi insfratuktur jalan tersebut merupakan sarana vital dalam menunjang perekonomian warga setempat yang mata pencahariannya Petani dan Nelayan, sebab sarana jalan tersebut merupakan satu-satunya akses untuk menjual hasil tambaknya dan hasil melautnya, bahkan panen sekarangpun para Petani Padi di Desa tersebut mengalami kesulitan dalam menjual hasil panennya dikarnakan jalan di Desa tersebut kondisinya rusak parah "saya akui sarana penunjang perekonomian yaitu insfratuktur jalan di Desa Segar Jaya mengalami kerusakan yang sekarang ini menjadi penghambat aktivitas masyarakat" ujarnya ketika ditemui Pasundan Ekspres, Senin (17/11) seusai mengadakan dialog dengan warga Desa Segar Jaya.
diketahui bahwa letak Desa Segar Jaya berada di pesisir pantai yang membuat sarana insfratuktur jalan begitu penting dalam pertumbuhan ekonomi di Desa tersebut. salah satu pertimbangan akses jalan Desa Segar Jaya harus segera diperbaiki, lanjut Camat, ada hubungannya dengan bidang pendidikan di Desa tersebut, menindak lanjuti Program Bupati Karawang untuk menuntaskan Wajar (wajib belajar) 9 tahun di Desa Segar Jaya, saat ini telah ada sekolah satu atap yang letaknya diujung Desa tersebut, dan dengan rusaknya jalan tersebut merupakan salah satu penghambat dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar di Desa tersebut,
maka dari itu, tambahnya, dalam kesempatan dialog terbuka dengan Warga Desa Segar Jaya ini, saya membeberkan rencana pembangunan Desa tersebut untuk kedepan yang kemungkinan informasi tersebut sangat dibutuhkan bagi mereka. selain itu warga Desa Segar Jaya juga mengungkapkan keluh kesahnya dalam dialog tersebut yang diantaranya warga Desa Segar Jaya membutuhkan pasokan air bersih untuk kebutuhannya, pasalnya mereka tinggal di pesisir pantai "dalam dialog tersebut kami berinteraksi dengan warga Segar Jaya mengenai pembangunan di Desa tersebut" pungkasnya. (aef)

Pengokohan Tanggul Antisipasi Jebol

BATUJAYA - Setiap di musim penghujan Kecamatan Batujaya dan sekitarnya merupakan langganan banjir yang merendam pemukiman warga, pesawahan dan tambak-tambak yang ada di daerah tersebut. antisipasi makin parahnya ancaman banjir pada musim penghujan saat ini sidah mulai dilirik oleh dinas-dinas terkait, seperti halnya pembangunan tanggul irigasi yang terletak di Kuta Ampel yang dibuatkan turab untuk memperkokoh tanggul tersebut yang beberapa tahun kebelakang kerap kali jebol ketika debit air diirigasi tersebut meningkat.
berdasarkan keterangan yang di dapat Pasundan Ekspres, Senin (17/11) bebrapa warga mengatakan bahwa tanggul yang kerap kali jebol tersebut tidak kuat meahan limpasan air dari irigasi dan luapan air dari Sungai Citarum yang menjadikan area pesawahan didaerah tersebut terendam air "sudah menjadi langganan dimusim penghujan jika tanggul tersebut jebol dan mengakibatkan banjir diarea pertanian" ujar Asdi (65) warga Desa Kuta Ampel ketika ditemui di lokasi pembangunan turab tanggul tersebut.
dikatakan Asdi (65), dengan dibangunkannya turab penguat tanggul sekarang ini, berarti menunjukan ada perhatian dari pemerintah untuk menaggulangi parahnya banjir yang melanda di daerah ini meskipun belum menyeluruh disepanjang tanggul yang membentang di Desa Kuta Ampel "pembangunan turab tanggul ini diharapkan bisa menahan luapan air yang setiap tahunnya merendam sawah-sawah di Kuta Ampel ini" tukasnya.
pentingnya pembangunan turab disepanjang irigasi ini, lanjut Asdi (65), merupakan insfratuktur yang sangat vital, pasalnya jika musim kemarau di daerah ini rentan sekali terjadi kekeringan di aera pesawahan, karena saluran irigasinya banyak mengalami kebocoran akibat jebolnya tanggul yang mengakibatkan air untuk pesawahan kurang didaerah hilir, begitu juga ketika musim penghujan, kalau tanggul tersebut kondisinya labil tentunya akan mudah sekali untuk jebol dan dampaknya menyebabkan terendamnya sawah-sawah didaerah ini "pastinya pengokohan tanggul ini benar-benar penting sekali untuk di daerah hilir seperti Kecamatan Bantujaya yang setiap perubahan musim pastinya masyarakatnya kesusahan" ungkapnya.
akan tetapi, tambahnya, dengan mulainya pembangunan turab tanggul irigasi ini memberikan harapan bagi kami untuk lebih menghindarkan terhadap bencana banjir dan kekeringan yang setiap tahunnya silih berganti "mudah-mudahan perhatian pemruntah ini bisa meringankan kesusahan Masyarakat Batujaya" pungkasnya. (aef)